Apa sih histerektomi?
Waktu berkunjung ke dokter Wisnu
sih dia ngga pake istilah ini, waktu ke dokter Riyana dia jelasinnya
histerektomi terus, di depan dokternya iya iya aja sambil mikir maksudnya
histerektomi apa yaa.. ooo.. lama lama makin nyambung istilahnya angkat rahim
itu histerektomi toh.. *noted
Serem, ngeri, takut bukan
dioperasi caesarnya, tapi justru histerektominya..hasil browsing sana sini
banyak banget penjelasan dan teknik-teknik operasi, sayatannya, bla bla.. tapi
kebanyakan tindakan histerektomi diambil untuk menyelamatkan nyawa pasien
kanker, miom dan sejenisnya. Untuk kasus plasenta akreta aku ngga nemu, minimal
pengen tau aja gimana sharing pengalaman dari orang lain untuk kasus yang sama,
tapi ngga nemuin.
Setelah dipastikan dokter Gatot
yang akan nanganin aku, dari beliau pun tidak ada penjelasan yang sangat
mendetail untuk tindakan ini. Beneran deh, jadi memilih untuk stop dan ngga
browsing atau cari tau lagi tentang histerektomi.. wong dokter ku hanya bilang
‘’ngga ada yang berubah kok.. cuma ngga mens aja selebihnya tetep cantik”
Sebenernya kadang mikir, ih
dokter kok gini sih anggep enteng banget, harusnya sebagai pasien kita kan
dapet penjelasan detail tuhhh yaa.. semakin kesini semakin dijalanin semakin
terlihat bahwa pengalaman ngga bisa bohong, dokter senior mungkin lebih tahu
caranya ngadepin pasien labil kayak sayaahhh dengan tidak menjelaskan hal yang
belum terjadi. Lagian, dokter-dokter muda sebelumnya sudah cukup menjelaskan
banyak – dan berdampak pada kesulitan tidur – serta menimbulkan pikiran yang
tidak tidak. Heu.
Pernah pada saat sesi konsul,
dokter Gatot menutup semua hasil lab.usg dll.. sambil bilang “gini ya, ini
semua hanya prediksi, mungkin saja begini mungkin saja tidak sama sekali, saya
sering menghadapi pasien sulit tapi pada
saat penanganannya tidak sesulit yang dibayangkan.. jadi yasudah jangan
dipikirkan, tapi kita siapkan yang terbaik.. kalaupun sampai angkat rahim ibu
hanya harus ikhlas punya dua anak.. itu saja..” Adem banget dengernya.
Sebelumnya kan aku mikirnya
macem-macem tapi dokter Gatot seolah bisa menyadarkan bahwa, kenapa sih mikirin
yang aneh-aneh, berasa jadi wanita ngga sempurna lah, berasa hidup akan terhenti
kalau ngga punya rahim lagi lah.. hey.. anak dua adalah anugerah, banyak yang
belum punya anak tapi harus histerektomi. Sudahlah, bersyukur.
Setelah operasipun, saat ditanya
“dok, kenapa jadi histerektomi?” dokter hanya jawab “ini demi nyawa ibu..”
GLEK. Sudah! Sudah tidak perlu penjelasan panjang lagi. Dokter sempat ingin
mempertahankan rahimku, makanya ada plasenta/ari-ari yang bisa dibawa pulang meskipun
kondisinya terpotong-potong. Dari situ semua tahu, dokter tidak main gampang
ambil tindakan saja, tapi telah berusaha yang terbaik, sampai akhirnya harus
diputuskan histerektomi.
Rahimnya diperlihatkan ke Rendra,
Papaku, Ayah dan Mama mertua untuk memastikan hanya rahim yang diangkat. Dan
dari pemeriksaan jaringan hasilnya juga menunjukkan bahwa positif plasenta
akreta dan pengangkatan rahim adalah keputusan yang tepat.
Rasanya gimana setelah operasi?
Hari pertama memang yang
terberat, sakitnya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, si mamah sabar
banget ngadepin aku yang waktu itu ngelantur mulu ngomongnya setelah
operasi.hahaha.. maklum laperrr tapi ngga boleh makan, hauuuss tapi ngga boleh
minum, sakiiiit. Untungnya besokan paginya udah boleh makan minum. Langsung
berasa punya tenaga buat ngelawan rasa sakitnya.
Kenapa mesti dilawan? Yaiyalah
dilawan banget, aku berusaha buat terus bergerak biar makin terbiasa dan bisa
gendong Naya. Bedanya di RS Kramat adalah ngga ada perlakuan spesial gitu, ngeluh
sakit dibiarin aja, katanya selama masih bisa ditahan jangan bergantung sama
obat. Ya mungkin aja bener, tapiii kan kalau sakitnya menghambat pergerakan
mending minum obat, asal sesuai dosis dan nggak berlebihan.
Namun, obat paling ampuh itu
adalah Ranaya, tiap kali Ranaya dibawa ke kamar, aku bisa lupa sakitnya, bisa
tetiba miring kanan, miring kiri, duduk, berusaha buat nenenin semaksimal
mungkin. Meski apalah daya Ranaya harus minum formula terlebih dulu.. *hikss sediihh.. dan waktu Ranaya dibilang
kuning/billirubinnya tinggi, nggak lama aku langsung bisa turun dari tempat
tidur dan jalan sendiri ke kamar mandi lalu besokannya minta pulang.
Jadi lebih sakit mana caesar pertama atau kedua?
Ini nih pertanyaan yang sering
aku tanyain ke temen yang udah rasain caesar dua kali, dan rata-rata semua
jawabannya sakitan yang pertama, yaiyalah mungkin yang kedua udah lebih
familiar sama sakitnya jadi lebih siap.
Tapi untuk kasus aku mah mungkin
jelas beda, menurutku lebih sakit kedua karena ada tindakan tambahan
histerektomi, dan obat-obatan yang kurang di RS nya, bener looh ngaruh..
artis-artis caesar ngga sakit karena obatnya bageuuusss sementara ibu-ibu yang
caesar pake BPJS sakitnya sampe jejumpalitan. *pernah baca postingan dokter
BPJS yang sedih harus mengurangi obat-obatan ke pasiennya.
Karena aku juga konsul ke dokter
Riyana, jadi dikasih obat tambahan dan maknyus sekali, sakitnya ngga berasa dan
aku bisa aktifitas mengurus Ranaya.
Keluhan?
Alhamdulillah sih enggak ada,
tapi memang aku mencoba jaga kondisi aja dengan ngga terlalu angkat beban berat
seperti beratnya beban hidup, terlalu cape seperti menghadapi sua..*ah sudahlah,
terlalu stress seperti mikirin ut*ng, aku lebih banyakin liburan seperti bolos
kerja, banyakin belanja seperti misalnya belanja sayur ke pasar.. hahahaa.. *da
aku mah apa atuh
Yaa so far alhamdulillah tidak
ada keluhan yang berarti, semoga kedepannya juga sehat selalu..aamiin.. yang
penting sih tetep menjaga kesehatan, makan teratur, minum vitamin (walau ga
rutin), sama tidur/istirahat cukup.
Pesan dan Kesan.
Intinya rejeki anak itu memang
Allah SWT yang maha mengatur, ketika kita diberikan kepercayaan untuk hamil ya
benar-benar dijaga, dinikmati prosesnya, jangan malas periksa ke dokter, kalau
punya rejeki lebih mending sekali USG dengan 4D biar bisa kelihatan lebih
detail, kalau dinyatakan ada masalah pada kandungannya jangan keburu stress,
cari option lain, pilihan lain, cari tahu banyak, buat para suami juga harus
mendukung penuh istrinya, selalu berikan stimulasi ke anak sejak dari
kandungan, afirmasi terus ke bayinya, banyak do’a, banyak berserah, jangan
egois – tetap makan sehat, minum vitamin, jaga kondisi dan jangan
meratapi/sedih berlebihan.
Khusus untuk yang sudah
terdiagnosa plasenta akreta, lebih baik memilih RS yang siap Bank darah, untuk
mengantisipasi pendarahan, biasanya pendarahan hebat adalah salah satu penyebab
kematian yang paling sering terjadi. Pernah ada diberita, seorang ibu meninggal
setelah melahirkan secara caesar, setelah lahiran pendarahan hebat dan
dioperasi kembali untuk pengangkatan rahim, namun sudah terlambat. Karena kalau
plasenta akreta tidak terditeksi dini, dan pada saat operasi caesar plasenta
ditarik/diambil resikonya sangatlah fatal. Jadi alangkah lebih baik,
memeriksakan kondisi kehamilan secara medis dan rutin, pilih dokter yang memang
sudah pro, RS yang mendukung (alat-alatnya, nicu, dll).