Minggu, 10 Agustus 2014

Bayi Kuning (Jaundice)

Ikterus neonatorum (bayi baru lahir berwarna kuning) adalah kondisi munculnya warna kuning di kulit dan selaput mata pada bayi baru lahir karena adanya bilirubin (pigmen empedu) pada kulit dan selaput mata sebagai akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah (hiperbilirubinemia). Keadaan kuning pada bayi lahir ini dalam istilah umum sering disebut jaundice.

Bayi kuning atau jaundice adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah tinggi dan terjadi pada minggu pertama kehidupan sang bayi. Kadar bilirubin dalam darah bersifat toksik bagi perkembangan system saraf pusat bayi, hal tersebut dapat mengakibatkan kerusakan saraf yang tidak bisa diperbaiki lagi. Oleh karena itu, butuh penanganan dokter dengan segera dan tepat. Hampir 60%-70%  bayi yang baru lahir akan terlihat kuning pada minggu pertama setelah mereka lahir. Sekitar 5-10% dari mereka membutuhkan penanganan khusus karena kadar bilirubinnya yang secara signifikan tinggi, sehingga dibutuhkan fototerapi. Pada kebanyakan kasus kondisi tersebut tidak berbahaya sehingga tidak dibutuhkan penanganan khusus. (http://clinicforchild.wordpress.com/)

***

Prosedur di RS Hermina sebelum bayi baru lahir boleh pulang adalah diadakan scanning terlebih dahulu, untuk mengetahui kondisi terakhir si bayi. Rinjani alhamdulillah dinyatakan normal semua kecuali angka bilirubinnya yaitu 12. Dokter anak yang nanganin Jani tidak merekomendasikan pulang, paling tidak dia bilang bilirubinnya minimal 11, jani harus disinar atau dengan arti kata extend di RS 1 atau 2 hari lagi. Jleppp jleeppp... namanya juga ibu baru yaaa.. gundah dan gelisah jadinya mengambil keputusan ditambah dokternya kurang bersahabat, cara menjelaskannya lebih ke nakut-nakutin.. hikkss.. Setelah berunding, dengan pertimbangan mau usaha dulu dirumah/kasih ASI dan jemur pagi, akhirnya kita tetap minta pulang dengan menandatangani surat persetujuan.

Dan pulanglah kita ke rumah..... Memang bayi kuning katanya cenderung banyak bobok, aku menyiasatinya dengan enggak pakein pampers, jadi kalau dia pipis/pup kebangun dan sekalian dijejelin nenen, jemurnya juga lamaaa bisa setengah jam lebih sambil telanjang-tengkurap-terlentang.

Seminggu berselang, aku dan mama ke RS lagi buat cek darah dan mastiin kadar bilirubinnya sudah turun atau belum. Pengalaman dokter anak yang kemarin kurang ‘sreg’, aku pilih ganti dokter yang direkomen beberapa blogger (tetep yaaa hihi), ketemulah dengan dokter Elly.. subhanallah enak bangetttt dokternya, seketika cucoo, udah agak tua tapi tetep cantiiik, kulitnya mulus bersiiiih *aku kalaaah* bisa menjawab setiap pertanyaan dengan sangat jelas, nggak nakut-nakutin, bahasanya santun, banyak senyum, sayang sama anak kecil dan sabar.

Setelah hasil labnya keluar, kadar bilirubin jani malah naik jadi 13.. aaaaaaaa.. kok bisaaa? 

Huikss.. sedih mamiynya niiihh... tapi, lagi-lagi ada kata pamungkas yang bikin tenang :

“ibu, bayi ibu tidak sakit, tidak ada kelainan apa-apa, kuning itu normal saja bu, apalagi golongan darah ibu dan bapak sama, semua juga tidak ada masalah, hanya saja bayi ibu perlu kita bantu dengan disinar, matahari bagus bu namun tidak efektif dikeadaan seperti ini, paling cuma dua hari saja disinarnya, selanjutnya nanti ibu bisa tenang mengurus bayi ibu”

Ahh dokter, aku nurut deeh bener.. inshaallah ini yang terbaik.


Jani akhirnya masuk ruang perawatan bayi/ PERINA, hanya ibunya saja yang bebas keluar masuk buat nenenin bayinya, jam besuk 2 kali sehari siang dan sore. Selama jani dirawat aku ikut menginap di RS, kebetulan disediakan semacam ruang tunggu gitu buat orang tua yang anaknya dirawat di PERINA/NICU.

Setelah banyak selentingan soal proses kelahiran Jani dengan caesar, dilanjut lagi selentingan soal Jani yang harus dirawat.

“ASI kamu kurang! Asi kamu sedikit! Harus ditambah sufor!”

Dalam keadaan kayak gini, ibu menyusui hanya butuh disupport, dikasih makan bergizi, bukan disalah-salahin dan disangka macem-macem. Aku stresssss berat, bukan karena Jani, tapi keadaan sekitar. Bagiku, komitmen kasih ASI Eksklusif bukan ikut-ikutan trend di twitter, gaya-gayaan, sok-sok-an (seperti yang mereka tuduhkan), sudah jelas ASI adalah makanan terbaik buat bayi, setiap bayi yang lahir udah sama makanannya, sepaket! ASI aku juga keluar kok.. buktinya jani pipis, jani pup.. lambung bayi juga belum sanggup menampung banyak-banyak. Huuuhhh... berat banget ngadepin orang-orang yang kurang mengerti soal ini. Untungnya ada mama yang selalu nenangin, nyabarin, melukin anaknya.

ilustrasi kebutuhan ASI bayi sesuai umurnya

Banyak banget pelajaran yang aku ambil saat diruang tunggu, kenapa? Karena orang yang bayinya jauuuh lebih parah kondisinya itu banyak, ada yang nggak bisa pipis, ada yang lahir prematur dan sesak nafas, ada yang lahir prematur-saluran pencernaannya belok, ada yang kejang-kejang dll. Dan.................mereka masih bisa ketawa, becanda, dapet support full dari semuaaaaaa keluarga/sodara-sodara yang dateng jenguk. Iiishh malu banget, aku yang bayinya cuma disinar (kayak ayam kfc) nggak diinfus, nggak ditusuk-tusuk, nggak dioperasi kok lebay banget kayak gini. -__-

Balik lagi soal ASI, entah kenapa Rendra jadi nyebeliiiiiiiiiiiiiiin, dia kekeuh mau ngasih Jani sufor, sempat bersitegang kita berdua, adu argumen yang berujung derasnya air mataku.. hikssssssss.. kadung kesel banget, akhirnya aku bilang

“oke, kamu tanya sama dokter aja deh.. kalau dokter rekomen sufor, aku nurut”

Saat visit dokter malam, Rendra langsung nyerocos ke dokter Elly

“dok, kenapa sih bayi sekarang nggak boleh dikasih sufor? Emang kenapa ya dok sufor itu? Bukannya dari dulu bayi nggak kenapa-kenapa dok dikasih sufor?

“loh memangnya kenapa pak? Asi ibu kan keluar, bagus, tidak perlu sufor, standart WHO pak, semua sudah tidak merekomendasikan sufor, andaikan ASI tidak keluarpun masih bisa diusahakan dengan konsul ke laktasi, atau misalkan puting kecil masih bisa juga diusahakan dengan alat bantu.. kita disini maksimalkan dan selalu mengusahakan ibu bisa kasih ASI full ke bayinya”

“ohh gitu ya dok, biasa nih dok orang tua kan berfikiran kalau dua cucu sebelumnya pake sufor nggak kenapa-kenapa, jadi sempat disuruh kasih sufor aja gitu”

“ooo.. jangan pak, beri penjelasan aja pak, Asi itu murah, baik, mudah dicerna bayi, yaa sufor direkomendasikan hanya pada keadaan darurat pak.. bayi-bayi disini aja yang parah sekalipun kita suruh ibunya pompa, biar suster yang kasih dengan dot atau pipet.. apalagi bayi bapak yang sehat begini.. oke pak, bu... saya pamit, dedenya normal semua, besok ditest darah lagi, kalau sudah turun bilirubinnya, boleh pulang”

I LOVEEEEEEEE YOUUUUUUU FULLLLLLLL DOKTEEEEEEEEEER!!!!!!!!!

Rasanya mau teriaaakk... AAAAAAAA........AKHIRNYA ADA YANG BELAIIIIIIIIIINNNN!

Besoknya setelah dicek, alhamdulillah bilirubinnya turun jadi 11.. yeyeyeyy! Kita pulang yuk nak.. kita pesta ASI, jemur-jemur pagi, mandi-mandi, peluk-peluk, ngobrol-ngobrol, cium-cium, bobok baleeeengg.... ^^ Mamiy janji, nggak akan dengerin orang komentar yang jelek-jelek, yang bikin down, yang bikin ciut, mamiy tekad buat terus semangaaaaaaaat demi hak kamu sayang. :*



Love,
PiyR&MiyR&BabyR

2 komentar:

  1. Agad juga waktu itu kuning ke... dsa nya nyebelin malah suruh stop asi.. ya udah gw langsung pindah dsa dan suruh di terusin asi nya.. ternyata emang bayi2 skrng pada kuning yaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya ri.. pernah liat ya dipath kalau agad dikasih obat.. aah tau gitu nanya-nanya.. hehehe.. hooh rata-rata kuning semua, kenapa gitu ya? dulu perasaan jarang..

      Hapus